Minggu, 27 Desember 2009

8. Peningkatan Mutu Pendidikan

  • Saat ini saya sebagai Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Utara mulai pertengahan Januari 2009 dan mantan kepala bidang/Kasubdis yang menangani Sumber daya manusia, terutama kepala sekolah dan guru selama kurang lebih 12 tahun. pengalaman sebagai guru bidang studi matematika di SLTA 16 tahun.

Unit kerja yang menangani pendidikan setingkat provinsi baik pada era sentralisasi maupun desentralisasi, saat itu namanya kanwil Depdikbud selanjutnya Kanwil Depdiknas. Kemudian otonomi daerah dengan Dinas Dikdas/Dimenti, yang saat ini namanya Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Saya masih melihat kekurang terpaduannya antara program fisik dan non fisik, antara program akademis dan non akademis masih terkesan berjalan sendiri-sendiri. Apa agi kalau bicara anggaran mana yang mesti didahulukan fisik atau non fisik, hal yang debatable. Fisik kalau dibiarkan gedung sekolah takut roboh, ini menyangkut kinerja Gubernur akan tersiar kemana-mana, demikian juga kalau hasil pengumuman UN anjlok, akan menyinggung kinerja Kepala Dinas. Yang akhirnya terjadi tarik menarik dua kepentingan antara anggaran kegiatan fisik dan non fisik.
Sebenarnya dengan adanya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan 20%, mestinya tarik menarik dua kepentingan tersebut dapat diminimalisir. Sehingga program pembangunan pendidikan baik fisik maupun non fisik akan sesuai mendekati harapan, namun peningkatan atau perbaikan pelaksanaan harus tetap menjadi perhatian semua pihak.
Selanjutnya kalau kita simak lagi bagaimana pelaksanaan kegiatan non fisik, dalam rangka peningkatan kompetensi atau kualifikasi. Penyelenggaran pelatihan juga terkesan kurang profesional , baik dari segi materi, pemanggilan peserta atau pun pemilihan waktu pelatihan perlu pembenahan. Disisi lain kebutuhan atau kesadaran suatu peningkatan kualitas diri belum menjadi suatu kebutuhan pokok seorang guru, seperti halnya kalau kita haus segeralah minum kalau perut lapar segeralah cari makan, sayangnya otak kita kalau lapar dia tidak minta makan agar diisi ilmu. Cuma kesadaran pribadilah bahwa kita selalu perlu peningkatan diri setiap waktu.
Terlepas dari persoalan tarik menarik dua kepentingan tadi, peningkatan mutu pendidikan menurut Bank Dunia terdiri dua aspek, yaitu:

I. Meningkatkan aspek efesiensi internal pendidikan;
II. Meningkatkan aspek efesiensi external pendidikan.

I. Efesiensi Internal Pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka untuk meningkatkan efesiensi internal pendidikan mengharuskan para manajer otonomi pendidikan memfokuskan perhatiannya pada tiga hal:
  1. Faktor Input pendidikan
  2. faktor proses pendidikan
  3. faktor output/hasil pendidikan
Apa saja yang termasuk di dalam faktor-faktor itu, adalah sebagai berikut:
1. Fakor Input Pendidikan
  • Unsur sumber daya manusia berupa jumlah dan mutu pendidik, pelatih, instruktur, dan semua orang yang berfungsi sebagai fasilitator pendidikan,
  • Unsur mutu dan peran serta stake holders pendidikan (peserta didik, orang tua siswa, peran serta masyarakat),
  • Unsur pendanaan/pembiayaan pendidikan yang memungkinkan semua program pendidikan di lembaga pendidikan/sekolah dapat berlangsung;
  • Unsur prasarana dan sarana (tanah, bangunan gedung, perpustakaan sekolah, laboratorium, pusat sumber belajar)
  • Unsur teknologi yang diterapkan dan diprogramkan serta dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti: sarana komputer, media pembelajaran, orientasi guru terhadap penerapan teknologi)
  • Unsur kurikulum berikut seluruh agenda dan program pendidikan dan pembelajaran yang diberlakukan di lembaga pendidikan;
  • Unsur lingkungan lembaga pendidikan baik lingkunan alam (Laut, gunung, bukit, lembah pantai, hutan, perswahan ,pertambakandsb )
  • Unsur reputasi dan prestasi lembaga pendidikan yang memicu dan mendorong semangat belajar para siswa dan masyarakat sekitarnya.
  • Unsur waktu belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan rancangan kurikulum dan agenda/program
2. Faktor proses pendidikan
  • Unsur model pendekatan dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan lembaga pendidikan yang bersangkutan;
  • Unsur pendayagunaan waktu yang tersedia efesien dan efektif;
  • Unsur orientasi dan wawasan belajar dan pembelajaran yang disosialisasikan di kelas dan dalam forum belajar mengajar;
  • Unsur pendayagunaan kurikulum dan ekstra kurikulum di dalam dan di luar proses belajar mengajar;
  • Unsur paradigma baru yang diterapkan dalam pendekatan belajar dalam arti yang lebih inovative, kreatif dan generik;
3. Faktor output/hasil pendidikan
Faktor input dan proses akan menentukan faktor hasil/output
  • Tepat waktu atau lebih cepat dari waktu program belajar dan pembelajaran yang ditetapkan
  • Hasil pendidikan dan lulusan siap kerja atau siap melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya;
  • Para orang tua dan seluruh stake holders pendidikan merasakan hasilnya sesuai yang diharapkan;
Para lulusan berhasil mendapatkan predikat kelulusan sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ditetapkan dalam tujuan program;
  • Jumlah peserta didik yang tidak berhasil sangat minim mendekati 0%
  • Output pendidikan dicapai dengan biaya pendidikan yang sesuai dengan norma-norma efesiensi, efektifitas dan produktifitas
II. Efesiensi Ekternal Pendidikan
  1. Faktor manfaat/kegunaan (benefit) output pendidikan
  2. Faktor dampak atau pengaruh (impact) hasil pendidikan.
1. Faktor manfaat hasil pendidikan
  • Manfaat bagi stake holders pendidikan (peserta didik, orang tua, masyarakat, dunia usaha, pengguna lulusan pendidikan)
  • Manfaat bagi dunia kerja dan pasar kerja dalam memenuhi SDM yang siap pakai, kompeten dan bermutu,
  • Manfaat bagi lembaga pendidikansebagai bukti pencapaian reputasi yang positif selaku lembaga penghasil SDM yang bermutu.
2. Faktor dampak hasil lulusan
  • kehidupan sosial masyarakat,
  • kehidupan kultural,
  • kehidupan ekonomi,
  • kehidupan politik lokal,
  • kestabilan keamanan/keteniumortraman masyarakat.
Kemudian kita perhatikan sekarang sekolah sebagai unit pelaksana teknis pendidikan di lapangan, apakah fasilitas yang ada sudah memadai atau belum? atau mungkin masih seadanya. Misalnya Laboratorium, perlengkapannya bagaimana? mungkin saja ada alat yang belum dibuka dari kotaknya beberapa tahun ini. SOP penggunaan laboratorium sudah ada atau belum. Selanjutnya Perpustakaan di sekolah kebanyakan masih seadanya, dari segi pengelolanya apakah sudah menggunakan tenaga fungsional pustakawan? Penerangan, kenyamanan, pengelolaan masih perlu pembenahan.
Belum lagi tenaga fungsional guru dan tatalaksana masih banyak mengandung persoalan, misalnya masih banyak tenaga honor sebagai beban pembiayaan sekolah. Artinya dengan uarain tambahan ini pendidikan kita masih sangat diperlukan pembenahan. Semoga dunia pendidikan secara gradual maju terus.

(http://www.virganatawidjaja.blogspot.com)

7. Kode Etik Guru

Kode Etik Guru

Sama seperti profesi lainnya guru juga mempunyai kode etik, berarti profesi guru sejajar dengan profesi lainnya. Sehingga kode etik tersebut sebagai pedoman dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru.

  1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila;
  2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional;
  3. Guru berusaha memperoleh informasi tetntang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan ;
  4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menjunjang berhasilnya proses belajar mengajar;
  5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan;
  6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya;
  7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial;
  8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi sebagai sarana perjuangandan pengabdian;
  9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kalau kita simak 9 (sembilan) kode etik guru telah mengakomodasi 4(empat) kompetensi guru, yaitu;
  1. Kompetensi Profesional (Kode etik guru poin 2, 6,7, 8)
  2. Kompetensi Pedagogik (Kode etik guru poin 1, 3, 4)
  3. Kompetensi Personal (Kode etik guru poin 3, 5, 7, 9)
  4. Kompetensi Sosial (Kode etik guru poin (5, 6, 7)

Sabtu, 26 Desember 2009

6. Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dikelompokan menjadi 7 kelompok:
1. karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di
pendidikan.
2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau tulisan ilmiah hasil gagasan
sendiri dalam bidang pendidikan.
3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan
melalui media masa.
4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam
pertemuan ilmiah.
5. Buku pelajaran atau Modul.
6. Diklat Pelajaran.
7. karya terjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.
Akan diuraikan?

5. Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru
1. adalah suatu kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga pendidik maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Kegiatan pengembangan profesi kegiatan untuk semua guru terutama yang berstatus pegawai negeri sipil, dalam rangka kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi dengan menggunakan angka kredit.
a. Bagi guru yang mempunyai pangkat guru dewasa tinggkat I golongan ruang III/d ke bawah hukumnya dianjurkan
b. Bagi guru yang berstatus guru pembina/IVa ke atas hukumnya wajib memperoleh 12 (duabelas) angka kredit atau 8% angka kredit dari angka kredit yang dipersyaratkan (150 poin) untuk kenaikan pangkat dan golongan setingkat lebih tinggi.

3. Unsur-unsur Pengembangan Profesi
a. Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan
b. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
c. membuat alat pelajaran/peraga atau alat bimbingan
d. menciptakan karya seni
e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Dari ke lima kegiatan tersebut yang terpolpuler adalah kegiatan karya tulis ilmiah, hal ini ditandai seperti banyaknya pelatihan-pelatihan tentang tatacara penulisan karya tulis ilmiah. Sedangkan empat kegiatan lainnya kurang mendapat perhatian guru atau para prakarsa untuk membuat pedoman atau prosedur, belum ada selama ini pelatihan atau prosedur untuk menemukan teknologi tepat guna, atau pelatihan membuat alat peraga.
Sebenarnya kemampuan guru terbagi, ada yang dominan di belahan otak kiri atau dibelahan otak kanan dan atau otak kiri dan kanan.Artinya kemampuan dan minat guru sangat bervariasi. Hal ini perlu menjadi pemikiran kita bagaimana kita mendesgn suatu pelatihan pengembangan profesi guru selain karya tulis ilmiah, dalam rangka membantu guru untuk memperoleh angka kredit dari pengembangan profesi.
Kecenderungan saat ini pangkat dan golongan guru mandeg pada level pembina/IVa. Masih jarang yang mampu menembus dari level itu, oleh karena itu kegiatan-kegiatan pengembangan profesi semuanya harus tersosialisasikan, dengan wujud nyata di tuangkan dalam suatu pelatihan selain karya tulis ilmiah.

(http://www.virganatawidjaja.blogspot.com)

4. Sepuluh Unsur Sertifikasi Guru

Berdasarkan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, komponen porto polio yang dilnilai dalam sertifikasi guru adalah,:
  1. Kualifikasi akademik;
  2. Pendidikan dan pelatihan;
  3. Pengalaman mengajar;
  4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
  5. penilaian atasan dan pengawas;
  6. Prestasi akademik;
  7. Karya pengembangan Profesi;
  8. keikutsaertaan dalam forum ilmiah;
  9. pengalaman Organisasi dalam bidang kependidikan dan sosial;
  10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Pemetaan komponen porto folio kedalam komptensi guru
1. Kualifikasi akademik: Memetakan Kompetensi Profesional dan pedagogik,
Kualifikasi akademik adalah D4, S1, S2 dan S3, jika anda mempunyai lebih dari satu gelar akademik agar dituliskan saja, bukti fisik dengan melampirkan foto copy yang telah di legalisir perguruan tinggi.

2. Pendidikan dan pelatihan: memetakan kompetensi profesional dan pedagogik
Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan pendidikan dalam rangka pengembangan dan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mulai kecamatan, kota administrasi/kabupaten, provinsi, nasional atau internasional. Bukti fisik sertifikat/STTPL

3. Pengalaman Mengajar: Memetakan Kompetensi profesional, pedagogik, personal.
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang baik dari pemerintah non pemerintah. Bukti fisiknya surat pengangkatan sebagai guru, Surat tugas mengajar, sampai dengan TMT terakhir.

4. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

5. Penilaian atasan dan Pengawas
6. Prestasi Akademik
7. Karya Pengembangan Profesi
8. Keikutsertaan dalam forum Ilmiah
9. Pengalaman Organisasi dalam bidang kependidikan dan sosial
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Kamis, 24 Desember 2009

3. Kompetensi Guru

Sejak zaman nenek moyang atau para leluhur, para orang tua kita zaman dulu telah mengenal kompetensi, seperti sering kita dengar bahwa antar sesama,kepada yang tua, kepada yang lebih muda harus saling asah, asih dan asuh.
Kemudian seorang ilmuwan merumuskan hal tesebut diatas menjadi kompetensi dasar manusia, yaitu:
1. kompetensi kognitif yang relevan dengan asah relevansinya dengan otak
2. kompetensi afektif yang relevan dengan asih relevansinya dengan hati
3. kompetensi psikomotorik relevan dengan asuh relevansinya dengan fisik

Selanjutnya pemerintah secara resmi melalui Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, bahwa seorang guru haru memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu;
1. kompetensi profesional
2. kompetensi pedagogik
3. kompetensi personal
4. kompetensi sosial

Penjelasan lebih lanjut tentang rincian kompetensi tersebut yang harus melekat pada diri seorang guru adalah:

1. Kompetensi Profesional
Kompetensi ini menandakan bahwa seorang guru harus mempunyai latar belakang yang
diampu, yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Dimana kualifikasi kependidikan S1 Bahasa Inggris harus mengajar Bahasa inggris, kalau guru tersebut mengajar Bahasa
Indonesia maka akan terjadi mismacth. Jadi pada prinsipnya seorang guru harus mengajar
sesuai dengan kulifikasi yang diperoleh dari perguruan tinggi. Ada tiga dimensi kompetensi
profesional seorang guru, yaitu:
  • Pembinaan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran;
  • Pembinaan dan pengembangan profesi guru;
  • Penilaian, penelitian dan pengembangan pendidikan.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang akan di sampaikan kepada anak didiknya, bagaimana (how) materi ini tersampaikan dan dapat dicerna oleh anak didiknya. Suatu metodologi pengajaran memang diperlukan dalam suatu pembelajaran. Suatu contoh kalau kita akan menuangkan air yang ada di ember kepada sebuah botol, kemudian langsung di tuangkan ke botol maka akan tumpah sebagian air itu keluar botol. Akan tetapi kalau kita gunakan sebuah corong ke botol, maka air yang dari ember akan masuk ke botol dengan sempurna. Demikian juga pemilihan sebuah metodologi pengajaran yang tepat, akan memudahkan materi pelajaran itu di cerna oleh anak didik.
Kompetensi pedagogik seorang guru, adalah:
  • Memahami tupoksi guru;
  • Menguasai prosedur dan teknik KBM;
  • Mampu menganalisis metodologi pendidikan;
  • Mampu memperhitungkan implikasi jangka pendek dan panjang;
  • Mampu menciptakan dan mengembangkan pendekatan/metode/cara-cara baru dalam KBM.
3. Kompetensi Personal
Kompetensi ini merupakan kompetensi kepribadian seorang guru, bagaimana seharusnya pribadi seorang guru yang selalu melekat memikirkan profesinya, baik dalam lisan maupun tulisan.
  • Memiliki kesadaran diri akan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang guru berdasarkan keimanan dan ketakwaan terhadp Tuhan yang maha Esa;
  • Memiliki kesadaran motivasi kerja yang tinggi;
  • Memiliki kebebasan dalam berfikir;
  • Terbuka dan memiliki rasa ingin tahu;
  • Memiliki kualitas imaginasi yang tinggi tentang prospek perbaikan mutu pendidikan melalui peranannya sebagai seorang guru.
4. Kompetensi Sosial
Dengan kompetensi ini seorang guru mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sosial dan tidak terlepas dari profesinya sebagai seorang guru,
  • Memiliki kemampuan antisipatif terhadap kehidupan masyarakat;
  • Mampu mengendalikan situasi sosial yang kurang menguntungkan bagi pendidikan;
  • Mampu bekerjasama;
  • Mampu mengelola konflik;
  • Berprakarsa dalam kegiatan ilmiah;
  • Aktif dalam kegiatan masyarakatan dan organisasi profesi.
Dari keempat kompetensi tersebut adalah merupakan dasar dari sertifikasi guru, dimana keempat kompetensi itu akan diuraikan menjadi 10 unsur sertifikasi guru, di lihat pada tulisan lain.

Rabu, 23 Desember 2009

2. Sejarah Jabatan Fungsional Guru

Bagi anda yang berkecimpung di dunia pendidikan atau bahkan profesi anda adalah seorang guru, sebaiknya kita selalu memahami kepada tugas dan fungsi seorang guru. Karena dengan penilaian terhadap tupoksi inilah seorang guru dapat naik pangkat, golongan dan jabatan fungsionalnya. berdasarkan Kep Menpan 84 Tahun 1993 tentang angka kredit Jabatan Fungsional guru
Sebelum tahun 1989 pangkat dan golongan guru ada keterbatasan mengikuti pegawai struktural berdasarkan pendidikan terakhir yang dicapai. Dengan periode kenaikan pangkat dan golongan 4 tahunan, misalnya seorang guru SMA dengan usia 26 tahun dengan pendidikan S1 pada pengangkatan pertama adalah penata muda gol III/a, dimana pangkat dan golongan maksimal adalah penata tingkat I, gol III/d akan dicapai pada usia 38-42 tahun (4 tahun x3 kali kenaikan pangkat) atau sama dengan 12 tahun masa kerja. sampai dengan pensiun pada usia 60 tahun. jadi selama 18 tahun tidak akan pernah naik pangkat dan pada saat pensiunlah bisa naik pangkat dan golongan satu tingkat. Kalau menjadi Kepala Sekolah Bisa mencapai pembina gol IV/a, dan naik satu tingkat lagi pada saat pensiun menjadi pembina tingkat I gol IV/b.
Kalau seorang guru dengan basic kualifikasi Sarjana Muda, Diploma II atau Diploma III, maka dalam pengangkatan pertamanya pada golongan II/b dengan bobot yang berbeda, dengan pangkat dan golongan puncaknya adalah penata III/c. Pada strata ini beberapa diantara guru meningkatkan kualifikasinya menjadi S1 atau pun S2, untuk mendapatkan pangkat puncak yang lebih tinggi. Guru yang proaktif seperti ini masih sangat sedikit jumlahnya, karena terbentur biaya kuliah dengan gaji guru dan kesranya sangat relatif kecil bila dibandingkan dengan era otonomi daerah.
Sehingga pada saat itu sebagian besar guru apabila sudah mencapai pangkat dan golongan puncak, tidak termotivasi lagi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kondisi ini banyak yang merugikan guru, karena biasanya seiring dengan kenaikan pangkat dan golongan ada kenaikan gaji pokok selama 4 tahunan termasuk, kenaikan gaji berkala 2 tahunan. Tetapi kalau sudah mencapai pangkat puncak dan golongan hanya akan menerima kenaikan gaji berkala saja selama 18 tahun (pada contoh ini), dengan kenaikan yang tidak seberapa itu.
Kerugian lain yang timbul adalah tidak adanya penghargaan terhadap sertifikat atau STTPL (surat tanda tamat pendidikan dan latihan), yang telah dicapai oleh seorang guru, bahkan dalam membuat sebuah karya tulispun tidak ada pengaruh terhadap pengembangan profesinya secara kedinasan.
Dengan Surat Keputusan MENPAN No. 26 Tahun1989 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredditnya, adalah merupakan angin segar bagi para guru dari semua kualifikasi. karena dengan demikian tidak dikenal lagi pangkat puncak yang mentok pada pangkat dan golongan tertentu, kecuali gol IV/e.
Dengan adanya perubahan peraturan ini menimbulkan pro dan kontra pada sebagian kalangan guru maupun pejabat struktural. Pada kalangan guru menginginkan Kenaikan Pangkat Otomatis (yang dikenal sebagai KPO) empat tahunan, karena keengganan mengumpulkan bukti fisik atau prosedural yang baru saat itu. Pada sebagian guru yang lain sangat menyambutnya, karena dapat naik pangkat dan golongan minimal 2 tahun dari TMT terakhir apapun tantangannya, bahkan sertifikat dan penghargaan dapat bermanfaat dengan ketentuan ini. Saking semangatnya beberapa guru melakukan pemalsuan sertifikat/STTPL, atau mencari jasa untuk mendapatkan jalan pintas menembus prosedural. Sedangkan pada kalangan penjabat struktural, mengeluhkan bahwa pangkat dan golongan guru akan melebihi mereka. Sedangkan mereka adalah pejabat pembinanya.
Pelaksanaan Kep Menpan 26 Tahun 1989 berjalan dengan baik termasuk dengan semua permasalahannya, satu diantaranya adalah bahwa kenaikan golongan III/c ke III/d sangat sulit dicapai, bukan karena kewajiban menulis karya tulis ilmiah, tetapi nilai butir kegiatan pada golngan III/c terlalu kecil satuannya, sedangkan Angka kredit yang harus dicapai untuk kenaikan setingkat lebih tinggi adalah 100 point. Kemudian Kep. Menpan 26 Tahun 1989 diperbaharui dengan Kep. Menpan 84 Tahun 1993.
Sampai dengan saat ini peraturan itu berlaku, kita tetap harus memicu dan memacu guru agar bisa tembus menerobos jangan mentok di golongan IV/a dengan penulisan karya ilmiah, karena wajib hukumnya bagi golongan IV/a ini untuk naik setingkat lebih tinggi, belum lagi dengan tuntutan sertifikasi guru berdasarkan Undang-undang 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen. (Tentang Sertifikasi guru pada Blog lain). Selamat berkarya guruku negara ini membutuhkan Mu.

1. Malpraktek Pendidikan

1. Definisi : Malpraktek pendidikkan adalah penyimpangan prilaku pendidik/guru dari
kaidah/norma-norma standar profesionalnya*

2. Kasus malpraktek: Dapat saja terjadi pada semua jabatan profesional, seperti pada dokter,
pengacara, akuntan, guru/tenaga pendidik, pengawas sekolah, insinyur, polisi, jaksa, hakim
dan semua jabatan profesional lainnya yang langsung memberikan pelayanan publik.
Guru adalah jabatan profesional yang di atur oleh undang-undang.

3. Contoh-contoh: Malpraktek pada Guru, dan kita mengharapkan jika anda sebagai seorang guru hindarilah hal-hal sebagai berikut:
a. memukul siswa
b. berpakaian tidak pantas/layak
c. penyimpangan prilaku sexual
d. penggunaan istilah jorok
e.bertindak feodalitas
f. bertindak paternalistik
g. memuja primordialisme
h. mematikan kretifitas siswa
i. diskriminasi
j. jual beli nilai

Contoh kasus yang juga termasuk malpraktek pendidikan, bila seorang guru memberikan privat les kepada anakdidik yang menjadi asuhannya langsung. Dimana sang guru mengurangi mutu KBM apakah dari segi materi atau metodologi, dengan harapan siswanya bisa mengikuti les privat pada guru ybs.
Yang sebenarnya yang dilakukan seorang guru dalam proses pendidikan seperti yang ter kandung dalam prinsip KTSP.

(http://www.virganatawidjaja.blogspot.com)
(*Prof. Dr. MAS IMAM COURMAIN MED)